Kamu, Si Tidak Peka



Terkadang hal yang diharapkan terjadi dalam hidup itu bukan hal yang kita butuhkan itu mengapa tidak Tuhan jadikan dalam hidup kita. Namun sebagai manusia, rasanya kosong kalo ga punya harapan. Manusia itu harus punya harapan, berharap berbagai hal dengan kadarnya masing-masing. Aku juga punya harapan banyak dalam hidup ini. Salah satunya berharap kamu peka.
                Kamu si Tidak Peka, sejak kapan berdiri diam disitu selagi aku disini menari-nari hendak menyambutmu?
Kamu si Tidak Peka, mengapa berwajah dingin begitu selagi wajahku semu memerah dan hangat begini?
Kamu si Tidak Peka, mengapa tidak menyambut lambaian tangan yang gemulai ini?
Kamu si Tidak Peka, mengapa membiarkan aku menunggu ketika aku harapkan kamu datang?
Kamu si Tidak Peka, mengapa kamu berpaling ketika aku dihadapanmu begitu dekat?
Kamu si Tidak Peka, sungguhkah tidak ada rasa peka sedikit saja?
Kamu si Tidak Peka, diam saja ketika aku jatuh seperti cinta.

Kisah Berwarna



               Dari awal bulan Oktober ini sudah menjadi begitumenyenangkan. Menjalani kisah baru, hidup baru, lembaran baru, motivasi baru, focus ke hal baru dan baru-baru lainnya. Sampai akhirnya gue tersadar gue dihampiri “kisah” baru.
Beberapa hari ini kisah itu terukir jelas dihadapan gue di dalam benda bertombol qwerty. Setiap tanggal terisi dengan kisah itu. Gue gatau akan seperti apa kisah itu nanti tapi kisah itu cukup berwarna. Gue suka. Gue suka kisah baru yang berwarna ini. Namun sebenernya banyak hal yang gue takutkan ketika gue sadar keberadaan kisah ini.
Kisah ini terlalu cepat datang namun menurut gue tepat juga. Bukan hal ini sebenernya yang gue takutkan. Masalah waktu kita nggak ada yang tahu kan? Semua udah ada yang ngatur. Gue cuma menjalani apa yang udah tertulis oleh Sang Pencipta. Hal yang gue takutkan adalah perbedaan. Terlalu banyak perbedaan. Sebenernya gue bukan orang memikirkan terlalu berat soal perbedaan. Apapun bentuk perbedaan itu. Gue menyadari perbedaan itu pasti ada. Pasti ada sekalipun dengan kisah yang sama. Namun mengenai perbedaan orang juga punya perspektif berbeda.
Semakin kesini gue semakin takut perbedaan itu memisahkan gue dengan kisah berwarna itu. Gue nggak mau merasa kehilangan kisah terus menerus. Gue takut semua berubah lagi. Kembali normal lagi. Menjadi biasa lagi. Tapi apa daya, tidak semua orang berpikir perbedaan itu hanya sebuah warna (seperti pemikiran gue) sebagian menganggap perbedaan adalah batasan besar, hambatan dan bagian yang harus dihindari. Gue belum berharap perbedaan itu menyelesaikan kisah ini. Meski berbeda, gue suka kisah berwarna itu.
Paling tidak, kisah itu jangan rusak di bulan ini. Bulan gue. Bulan kesayangan. Bulan favorit. Bulan yang gue paksakan selalu merasa bahagia. 

Banana Boat


Banana boat. Across the water then you fall then you happy. Like a life. U have to fall to know how to be happy ~

Pasti pernah naik banana boat kan? pasti seneng kan naik banana boat, membelah air dipantai atau di danau atau di laut? pasti seneng kan teriak-teriakan pas naik banana boat? pasti seneng pas jatuh kecebur ke air, yakan? iya sama kaya hidup. kita mebelah kehidupan dengan berbagai macam teriakan terus jatuh tapi dengan begitu kita tahu ternyata jatuh itu ga melulu membawa rasa sakit tapi juga membawa rasa senang. kebahagiaan. memang mesti jatuh dulu baru tahu bagaimana menjadi senang. ~

romantic is only drama..

Dalam hubungan pasti ada sesuatu yang disebut romantis. Romantis tuh apa sih emangnya? Menurut gue romantis itu hanya sebuah cara menyampaikan sesuatu dengan cara yang mungkin bisa meluluhkan hati. Iya itu cuma cara ajah sih, ga terlalu harus ada dalam hubungan. Tapi romantis itu juga memberi warna dalam hubungan. Romantis itu bisa jadi pengikat supaya hubungan itu tetap SATU dan TIDAK BERCABANG.

Romantis itu bisa jadi sebuah kebutuhan dalam hubungan. Mungkin beberapa orang bisa mengatakan bahwa dirinya tidak romantis, atau tidak suka diromantisin padahal dari caranya saling pandang aja bisa dibilang romantis loh.

Romantis dan gombal dua hal berbeda. Mungkin beberapa orang menganggap gombal itu romantis, tapi gombal ya gombal, bukan romantis (menurut gue.) Gombal itu hanya lewat kata, ga ada yang tau itu jujur atau bohong. Kalo romantis? Kita harus lakukan dari hati, tulus.

Romantic is only drama, bener kah?
Buat gue enggak, drama itu sandiwara, sandiwara itu berskenario, diatur, kalo romantis? Itu tulus mbaknya, masnya, tulus. Jadi bersyukurlah kalian yang punya pasangan romantis.

#apeu

Kualitas or Kuantitas?

Kulitas or Kuantitas. Rasanya sering ya mendengar kata tersebut? Lantas apa yang terpikirkan pertama kali dipikiran kalian ketika mendengar kedua kata itu? Kualitas? Kuantitas? Mana yang lebih besar pengaruhnya? Mana yang lebih penting? Mana yang harus dijadikan acuan? Hayo mana?! :))

Begini, berhubung gue masih muda topik soal cinta sih masih anget-anget yaa mau punya atau gapunya pacar, ada atau nggak ada gebetan. Hahaha. dalam hubungan, butuh ga sih kualitas? atau lebih butuh kuantitas? Atau balance? atau ya apa ajalah yang penting hubungan baik-baik aja? Baik-baik ajanya gimana nih? Nggak pernah berantem karena jarang ketemu? jarang komunikasi? baik-baik aja karena udah ada yang lain? atau apa? Pfffttt

Usia gue 22th dan baru diusia ini gue menyadari betapa perlunya kualitas dalam sebuah hubungan. Bukan berarti kuantitas ga butuh ya! tapi ini soal kualitas dulu. Usia 22th pastinya udah kenal deh tuh sama yang namanya pacaran, bener? atau ada yang belum pernah? atau minimal naksir-naksiran deh, pernah kan? pernah dong! Pernah nggak lo berpikir pacaran itu untuk apa? naksir orang itu untuk apa? berhubungan spesial dengan lawan jenis tuh untuk apa? pernah? pernah? pernah? harusnya sih pernah. jawaban simple adalah mencari pengalaman. pengen tau rasanya pacaran misalnya. atau untuk belajar untuk menata hidup kedepan dengan pasanga hidu (hasek!) alasan kedua sih terlalu berlebihan yah. ini membahas usia 22th loh! sebagai cewek gue sih merasa jalan masih "sedikit" panjang :)) kalo cowok ya buru-buru lah disukseskan dirinya, biar bisa menata kehidupan kedepan bersama seorang terkasih.

Diantara berjuta pasangan dimuka bumi, gue rasa bukan cuma gue aja yg pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang spesial selama hampir 3th. Bahkan mungkin ada yang 4th 5th atau 10th mungkin? Mungkin ajah! Bagaimana pontang pantingnya pasangan itu menjalin hubungan sampe rela menyicipi 1 cewek/cowok selama bertahun0tahun untuk menemaninya? cuma 1 loh yang spesial. bertahun-tahun. nggak gampang sih gue rasa! tapi nggak sedikit juga kan yang udah bertahun-tahun menjalin hubungan dalam hal ini pacaran itu kandas juga? entah karena orang ketiga, restu orang tua, terpisah jarak dan lain sebagainya. menurut loh hubungan dengan kuantitas bertahun-tahun tapi akhirnya putus juga tuh berkualitas nggak? Ya. lo jawab ndiri deh! :))

Gue sendiri pernah menjalani hubungan hampir 3th, lama ya? Iya. Gue memfokuskan untuk satu cowok ini aja selama 3th belakangan ini dalam hidup gue. Gue merasa saat itu ada yang pelru juga yaitu tenggang waktu kami pacaran. 3tahun men! siapa juga yang ga sayang kan mengakhiri gitu aja? sebelum gue membuka mata batin gue, gue jg berpikir "sayang" sama hubungan yg udah gue jalin hampir3th itu. dan bahkan gue lebih sayang sama hubungannya daripada dengan siapa gue menjalin hubungan. Gilak! Gue jatuh bangun menjaga hubungan itu agar tidak ada keretakan. Mungkin begitu juga pasangan gue, mungkin enggak mungkin iya. Setiap ada bentrok gue coba perbaiki, selalu. Gue selalu berpikir hubungan ini berharga buat gue (ga tau buat dia juga apa nggak). Sampe akhirnya gue ribut besar perkara yang ga perlu dibahas sebenernya dan gue memutuskan berakhir aja deh nih hubungan daripada gue begini terus.

Oke mungkin buat anak kecil 3th itu baru belajar jalan, tapi buat gue 3tahun itu lama. lama banget. udah bukan belajar jalan lagi tapi belajar jungkir balik. tapi entah kenapa gue merasa jalan ditempat. setiap ada masalah kami selalu mengunggulkan pikiran kami masing-masing. kalo gue mood ya gue egois, tapi kalo nggak mood ya gue sih ngalah baelah haha. disitulah gue marasa kuantitas yang 3th itu nggak penting lagi karena rendahnya kualitas. Hubungan kami ga berkualitas. Bukan ga berkualitas sama sekali tapi cukup tidak sebanding dengan kuantitas yang ada. 3th dengan kualitas 8bulan. menyedihkan? Iya! Gue sedih banget.

Gue mengakhiri semua bukan karena gue nggak sayang lagi, bukan gue nggak peduli, atau karena orang ketiga. bukan bukan! Semua murni karena gue lelah mengejar kualitas tinggi yg sebanding dengan kuantitas tapi susah. Susah karena gue mengejar itu sendiri. Susah karena hanya gue yang sadar bahwa hubungan butuh kualitas. Susah deh! dan Sedih!

Jadi, gue single murni karena gue emang mau single. gue memilih single dengan kualitas single daripada pacaran dengan kualitas single. NO! Nggak lagi-lagi. Gue harus belajar.

Kalian yang mungkin iseng atau nggak sengaja baca tulisan ini, coba dipikir, sudah sebandingkah kualitas pacaran kalian dengan kuantitasnya?

Gue 3th pacaran berakhir putus karena kualitas tidak sebanding dengan kuantitas, Kaka gue belum 1th pacaran langsung memutuskan untuk menikah (bukan karena dateline usia). Lihat perbedaannya? Yang mana kualitas dan kuantitas? Lihat perannya? Mana yang lebih berperan, kualitas atau kuantitas? :))

See ya.!